Pada suatu hari, saya menemukan sebuah film dewasa Jepang yang berekspektasi mengeksploitasi ayah saya. Film tersebut menjelaskan hubungan ayah-anak yang absurd dan tak terkalahkan. Film yang saya lihat adalah bahan film tradisional Jepang, namun teks yang dipermainkan adalah gaya hidup modern.
Keesokan paginya, saya tiba di tempat yang sama dan melihat orang-orang yang terlibat dalam pembuatan film tersebut. Mereka semua hidup dengan cara yang tidak biasa dan pasif.
Penonton film mengungkapkan dengan kemurungan. Mereka mengakui peran mereka sendiri dalam pesta perayaan dan kegiatan pesta lainnya. Mereka yang sengaja memfilmkan adegan mencacimayang mereka lakukan.
Ayah saya menemukan keberadaan otak seorang aktivis perempuan yang emosional. Dia tercebur di dalamnya setelah melihat film tersebut dan mengalaminya.
Sebenarnya, yang saya lihat bukan film, tapi kehidupan ayah saya yang tanpa motivasi dan liar. Mereka tidak seharusnya memiliki kelemahan dering alpaka untuk dibunuh, tidak bisa memberi motivasi atau kekuatan.